top of page

Kayla Ashilla

Atau Ashilla Jung. Lebih suka dipanggil Chilla. Lahir pada tanggal 7 Maret 1997.

Chilla adalah seorang gadis yang ceria dan murah senyum. Itulah sebabnya dia mudah bergaul dengan orang-orang baru. Dia mudah menaruh percaya pada orang-orang yang dia anggap teman, namun mudah pula membenci ketika kepercayaannya disia-siakan

PERSONALITY

Background Story

Chilla. Begitu orang-orang terdekat memanggil namanya. Seorang gadis blasteran asia, Indonesia-Korea. Tak hanya itu, Chilla juga merupakan bungsu dari Jung Chaewon dan Astrid Darmawan, serta adik dari Narayan Darmawan (Jung Rayan). Chaewon sendiri merupakan seorang pewaris tunggal laki-laki dari perusahaan J-Corp yang dibangun oleh kakek buyutnya, sementara Astrid seorang desainer, dan memiliki butiknya sendiri.

Dalam keluarga ayahnya, setiap anak laki-laki wajib meneruskan perusahaan J-Corp. Termasuk Rayan. Kakak satu-satunya itu sejak kecil sudah didoktrin tentang berbagai macam pelajaran bisnis, sehingga ketika usianya menginjak 24 tahun, Rayan sudah siap untuk terjun ke dalam dunia bisnis yang sesungguhnya. Meski terlihat menikmati perannya sebagai pewaris tunggal laki-laki, berbangga diri atas kebanggaan yang ayahnya berikan, Chilla tahu bahwa kakaknya tidak sungguh-sungguh menjalaninya.

Sementara Chilla, selisih 4 tahun dari usia kakaknya, menyukai setiap kebebasan yang diberikan ayahnya. Dan ini membuat dirinya bersyukur terlahir sebagai seorang perempuan. Sejak kecil, ibunya mengajarkan banyak hal padanya. Mulai dari menjahit sampai bersolek. Banyak hal yang bisa dilakukannya, kecuali berbisnis. Sejak dia tahu bahwa Rayan tidak sungguh-sungguh bahagia dengan apa yang diberikan ayahnya, Chilla membenci bisnis. Baginya, bisnis adalah perenggut kebahagiaan.

Sikap Rayan bukanlah satu-satunya yang menjadi pemicu, tapi juga ketidak-hadiran ayahnya di setiap pertunjukan sekolah. Salah satu favorit Chilla adalah bermain peran, dan dia seringkali andil dalam pementasan sekolah. Tapi, baik ayah maupun Rayan, tidak pernah hadir dalam pementasannya.

Menjelang remaja, ketika usianya nyaris menginjak 15, Chilla melakukan operasi pada hidungnya. Dia menganggap bahwa hidungnya terlalu lebar dan besar, dan dia merasa malu. Walaupun dia tidak pernah benar-benar menunjukkan perasaan malunya, ternyata itu menjadi beban pikiran baginya yang masih berusia 14 tahun. Awalnya, baik ayah maupun ibunya, tidak mengizinkan dengan alasan bahwa Chilla masih terlalu kecil untuk melakukan operasi plastik. Namun, gadis kecil itu justru melakukan aksi mogok makan, padahal ujian kelulusan SMP sudah berada di depan mata. Maka, dikabulkanlah permintaan sang bungsu.

Suatu kebanggaan tersendiri baginya, ketika teman-temannya memuji hdung barunya. Pun dengan kalimat-kalimat 'lebih cantik dari sebelumnya' membuat dia terbang tinggi. Tidak. Chilla sama sekali bukan seseorang yang lupa daratan, karena operasi plastik bukan apa-apa baginya. Tapi, dia memang mengalami kejatuhan, dan semua berasal dari orang-orang yang dia anggap teman.

Setelah ujian berakhir, tepatnya. Ketika Chilla berniat untuk mengajak teman-temannya untuk mampir ke rumah, karena ibunya memasak banyak makanan, dia mendengar suara menggosip yang dia kenal di toilet. Dia berniat untuk menghampiri teman-temannya, namun terhenti saat dia mendengar namanya disebut. Tidak. Bukan hanya disebut, tapi juga diolok-olok. Bahkan menyinggung tentang operasi plastik pada hidungnya. Mendengarnya membuat Chilla jatuh sejatuh-jatuhnya. Dia pulang dengan air mata bercucuran, dan menolak siapapun yang berusaha mengajaknya bicara.

Pada hari kelulusan, Chilla tidak hadir. Terlanjur membenci teman-temannya. Dia bahkan meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk tinggal saja di rumah eyang di Indonesia, Jakarta. Dia ingin bersekolah di negara kelahiran ibunya, dan menjauh dari kemungkinan bertemu teman-teman SMP-nya di SMA.

Chilla sebenarnya bisa berbicara dengan Bahasa Indonesia, karena ibunya mengajarkan itu padanya. Terkadang, mereka bicara dengan Bahasa Indonesia. Dengan ayahnya pun begitu. Dan ketika dia berada di Indonesia, dia sama sekali tidak memiliki kesulitan dalam berbahasa.

Satu-satunya masalah yang dia hadapi adalah Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea dalam hal bullying. Hanya karena kepiawaiannya bergaul dengan banyak orang, dan banyak orang pula menyukainya━terlebih kaum Adam, dia sering menjadi bulan-bulanan seniornya. Beruntung, Chilla tidak pernah sendiri menghadapinya. Dia memiliki dua orang sahabat yang menemaninya sejak awal masuk sekolah. Mereka adalah Lulu dan Ale. Serta sepupu yang selalu menemaninya kemanapun, Algifarry Darmawan, anak sulung dari kakak ibunya.

Tidak hanya itu, kehangatan dan kekeluargaan yang dia dapatkan dari rumah eyang juga memuaskannya, membuat dia lupa bahwa dia sudah mengalami hari yang berat. Pakde dan Bude yang selalu memanjakannya bagai anak sendiri, mengingat Pakde dan Bude tidak memiliki seorang pun anak perempuan. Terlebih, adik perempuan ibunya yang dia panggil Anty, memutuskan untuk tidak menikah.

Setelah SMA, Chilla tidak serta merta kembali ke Korea. Dia justru memilih berkuliah di universitas swasta dengan mengambil Ilmu Komunikasi sebagai program studi bersama Lulu dan Ale. Selain itu, Chilla juga mengikuti komunitas yang berkecimpung dalam dunia musik dan peran.

relation

bottom of page