Putri Bungsu seorang ketua mafia yang tidak bermaksud untuk mengikuti jejak Sang Ayah, apalagi menjadi anak buah seperti kedua kakaknya. Melakukan pembunuhan, menjual organ, merencanakan kehancuran, dan sebagainya. Miyu━nama panggilannya━tidak ingin melakukan semua hal itu. Sifatnya berbeda dari kedua kakaknya, memang. Miyu lebih ramah dan hangat dibandingkan orang-orang disekitarnya. Gadis itu juga senang bergaul dengan orang lain. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Ayahnya pun mengajarinya beberapa hal tentang menguasai senjata, terutama pisau dan pistol. Kedua hal itu mungkin akan berguna━katanya.

​

Miyu bersekolah di bidang fashion, hal yang tidak seorang pun akan mengira bahwa dia merupakan seorang putri bungsu dari keluarga mafia. Gadis itu tidak pernah mengenal ibunya, baik secara fisik maupun visual. Ayahnya selalu bilang, ibunya meninggal dalam kecelakaan. Jelas tanda tanya besar menggeluti kepalanya; kenapa Ayahnya tidak pernah mau menunjukkan kepadanya tentang sosok Sang Ibu. Jawabannya tidak pernah dia temukan.

​

Meski begitu, Miyu tidak pernah ambil pusing. Ada atau tidaknya peran Ibu dalam hidupnya, Miyu tetap akan baik-baik saja karena dia memiliki Ayah dan kakak-kakak yang menjaganya sepenuh hati. Selain itu, dia juga memiliki seorang sahabat dekat bernama Hana━seorang gadis blasteran Korea-Jepang yang sangat manis.

​

Suatu hari, ketika dia dan Hana sedang berada di rumahnya untuk mengerjakan proyek fashion, dan hanya ada kakak tertuanya━Hideki di dalam rumah, kenyataan pahit menghantam Sang Puan. Hana━orang yang selama ini dia anggap sahabat adalah orang yang mengkhianatinya. Malam itu, tepat di hadapan Miyu, Hana membunuh Hideki dan pergi. Barulah gadis itu tahu bahwa Hana merupakan seorang mata-mata dari salah satu kelompok Mafia yang bersarang di Korea Selatan.

​

Kematian Hideki membuatnya terpukul. Gadis itu merasa bersalah atas kematian kakaknya, dan juga menyesal karena tidak mampu menyelamatkan Sang Kakak. Miyu mengurung diri selama berhari-hari dan tidak mau makan. Semakin lama, rasa bersalah yang dimilikinya berubah menjadi dendam. Gadis itu lantas bangkit dan mulai mencari tahu tentang organisasi yang Hana naungi melalui bantuan salah satu anggota mafia ayahnya. Dia juga berlatih mengendalikan senjata dan menggunakannya dengan baik.

​

Setelahnya dia pergi ke Korea Selatan dan menetap.